Tuesday, March 8, 2016

Pemulung Tupperware Garis Tipis

Warna menawan, desain canggih, dan model stylish. Itu bukan deskripsi motor matic lo, tapi tupperware. Perabot wajib jutaan umat perempuan di Dunia. Tercapai sudah visi dan misi produsen Tupperware, yaitu melengkapi kebutuhan perabot plastik semua kalangan perempuan.

Hampir semua keluarga pasti memiliki tuppy (sebutan manjanya) minimal tumbler dengan printing lucu itu. Jika era ibu saya, gengsi perabot dimenangkan oleh Sango, nah era saya sebagai ibu, gengsi perabot diraih si tuppy. Awalnya iseng daftar member karena naksir kit bag, lalu ikut beli cicilan bayar 10 kali. Sudah, lama-lama ketagihan, bagai candu setiap bulan sakaw memburu katalog tuppy. Katalog tuppy ini seperti bacaan wajib awal bulan, dari yang cuman bolak-balik halaman hingga yang beli aja karena tertarik gambar meski gak butuh amat.


Bagi ibu rumah tangga dengan keluarga nomaden seperti saya, tuppy ini jadi pilihan utama. Sejak punya anak, praktis saya nggak punya piring maupun piranti beling. Semua perabot makan berbahan plastik wabilkhusus merk tupperware. Senangnya waktu di Manado, kenal distributor tuppy yang ngasih harga 70% dan free ongkir. Hampir tiap awal bulan selalu ada aja tuppy yang dibeli. Sampai gak terasa ketika boyongan mau pindah ke Balikpapan ternyata tuppy ngumpul 5 dos Gudang Garam. Wiih,. Lumayan juga, untungnya suami gak berani tanya harganya. Percuma juga dia tanya, pasti saya jawabnya ketus indikasi "emang kenapa? Mahal? Nggak boleh? Duitku sendiri kok! (duit belanja ding)".

Melihat tumpukan tuppy 5 dos itu sebenarnya saya miris juga. Rasanya sudah cukup, saya sudah punya banyak tuppy, nggak bakal beli lagi deh. Apalagi yang kurang? Nggak ada, semua sudah ada. Tobat ya,.. Masih banyak kebutuhan lain yang lebih penting, sisa uang belanja bisa buat beli baju, jilbab, buku, jalan-jalan, atau belanja bahan praktek kue resep baru, bisa juga ditabung untuk umroh, kan. Insya Allah.

Hingga di suatu pagi di bulan Ramadhan, seorang ibu ikon sosialita di perumahan tempat saya tinggal, datang ke rumah. Dia mengantar wadah tuppy saya yang ketinggalan di masjid.
"Wah repot betul, biar jo sebentar sore mo kita ambil" Kataku basa-basi dengan logat Manado.
"Iih, tupperware ini, sayang noh kalo tatinggal di masjid, mahal toh, bagus banyak yang suka mo ambil itu"
"Oh iyo dang, makaseh neh"
Dan, begitulah keakraban kami terjalin, dari sebuah tupperware.
Hingga berikutnya bila bertemu dengan nyonyah itu, dia selalu bertanya.
"Eh, so tau ada tupperware baru?"
"Nyandak" jawabku.
"Eh, banyak warna baru rupa bagus kang, tuh tampa cake, lalu tampa roti tawar yang baru warna ungu, blossom lagi harga khusus, kong itu tampa sambal dang ada baru yang 3 itu"
"Oh iyo."

Dan lama-lama kok saya jadi geli sendiri, dari yang awalnya sekedar memenuhi kebutuhan, kini si tuppy jadi ikon gengsi. Sekali saja ketahuan punya tumbler tuppy sudah bisa dinobatkan sebagai ibu kekinian. Hingga di Manado, metonimia untuk wadah plastik ya taperwer.
"Mana dang, taper?" tanya pembeli di toko.
"Napa di rak ujung"
Maka tampaklah deretan wadah plastik berbagai merk mulai ecoplast, lock & lock kw, lion star, dan berbagai merk lain.

Lalu saat boyongan pindah ke Balikpapan, widiih ternyata banyak juga wadah taperwer yang harus diangkut. Di situ saya memutuskan untuk tidak lagi ngumpulkan wadah tuppy lagi, kalo boyongan lagi kayaknya bakal repot. Khusus wadah tuppy nggak saya kasihkan ke tetangga, eman, terlanjur sayang :)

Tibalah keluarga kecil saya di Balikpapan. Kontrakan saya ini di pinggiran kota, dikenal pemukiman kumuh karena banyak rumah di atas laut, sepertinya yang tinggal banyak kalangan menengah ke bawah. Dan ternyata perabotnya kebanyakan tupperware, saya kembali bertemu dengan manajer tupperware yang notabene guru anak saya sekolah. Bahagianya, dipertemukan kembali dengan sarana kemudahan membeli tupperware. Beli harga member, bisa dicicil, dan ada arisan juga.

Fiiuuh, sulit rasanya saya berpaling dari godaan tuppy. Dan, arisan menyatukan kami, ibu-ibu pemulung tupperware. Saat pertemuan arisan, harus kuat mental jika ditanya "sudah punya yang ini?" *nunjuk T-Chef. Auuch..

No comments:

Post a Comment