Monday, December 14, 2015

Yang Tak Sempat Diceritakan

Malam itu harusnya menjadi malam yang penuh sukacita untukku dan keluarga kecilku. Malam itu aku sedang menyiapkan barang-barang yang hendak kubawa ke Manado. Aku akan merantau bersama suami dan anakku yang baru berusia satu tahun, suami akan memboyongku ke Manado. Tapi, sepertinya tidak demikian dengan ibuku. Dia tampak sedih melihatku yang sedang memasukkan barang-barang ke dalam tas besar. Memang dia sedang sakit, sudah sebulan dia hanya terbaring di kamar tidur, nampak dia makin lesu.
"Besok, kalau Ibu kurang sehat, lebih baik tidak usah ikut mengantar ke bandara" kataku. "Ibu mau ikut saja, insya Allah besok kuat" pintanya. "Jangan memaksakan diri, bu" "Nggak apa-apa, Ibu nggak akan pingsan kok" Lalu dia membaringkan tubuhnya di kasur kamarku, di dekat anakku, cucunya yang paling lecil. "Kalau di Manado, tinggal di mana pun nanti, yang pertama usahakan cari masjid. Setidaknya tanya adakah pengajian ibu-ibu atau majelis ta'lim. Bagus kalau kamu diminta ngajar ngaji anak-anak. Jangan mau digajmenggerakkn, malah kalau bisa kamu yang harus menyumbang untuk kegiatan masjid. Nggak bisa nyumbang uang, nyumbang tenaga juga besar manfaatnya." Nasihat itu diungkapkannya sambil terpejam, sambil menahan sakit pening di kepalanya.

Wednesday, December 2, 2015

Manado, Mo Bilang Rindu mar Malu...

Ujung utara Sulawesi, sebuah kota yang indah dengan penduduk yang ramah. Aneka makanan dan jajanan khas yang kaya rempah sungguh menggugah selera. Pantai elok dengan keragaman mural bawah laut. Manado, City of Blessing. Nyiur melambai gambaran keindahan tanah yang dirindukan.

2 tahun tinggal di Manado adalah kesempatan istimewa, mengecap hawa hidup di daerah yang terkenal dengan wisata bawah air, Bunaken. Ada anekdot  mengatakan Manado terkenal dengan 3B: Bubur, Bunaken, dan Bibir . Bubur Manado memang lezat sekali, terbuat dari sayuran, bahan utamanya labu kuning dan rempah. Lalu Bunaken, siapa yang belum tau Bunaken, pulau yang terkenal dengan wisata batu karang yang indah, rugi sih selama tinggal di Manado belum sempat ke Bunaken *saaken pek aku. Dan Bibir, mmmm.... Kalo yang ini, gimana ya, nggak tau kenapa termasuk ikon 3B nya Manado. Mungkin, karena bibir nona dan tanta di Manado memang amboi indahnya, cantik nian .

Tradisi masyarakat Manado bisa dibilang suka mengadakan pesta. Mungkin, karena ajaran agama mayoritas di sana yang sering mengadakan ritual ibadah dari rumah ke rumah. Juga perayaan hari jadi atau ulang tahun setiap orang baik tua, muda, maupun anak-anak merupakan kewajiban agamanya bila mampu. Akulturasi ajaran agama nasrani dengan tradisi setempat kemudian menjadi adat istiadat yang tidak hanya dijalankan oleh umat nasrani saja. Umat islam maupun umat agama lain juga menjalankan sebagian tradisi yang tidak bertentangan dengan ajaran agama masing-masing.

Sunday, November 15, 2015

Bahasa Manado dalam Ingatan

2 tahun tinggal di Manado, lumayan bisa belajar bahasa Manado dari anak-anak kacili teman anakku bermain. Berikut ini kosa kata yang kuingat *melawan lupa 
*Anfal : kambuh (sakit)
*Ambe : ambil
*Bafeto : ngonel, marah, komplain
*Bahaga : melongo
*Baku : saling
*Bakusedu : bercanda
*Bagate : mabok (miras)
*Bapontar : keluyuran
*Baround : berjalan memutar
*Basuar : berkeringat
*Bauni : nonton (tv)
*Bajalang : jalan-jalan
*Blanket : selimut
*Boleh : bisa, dapat
*Caparuni : kacau, jorok
*Dabu-dabu : sambal
*Deng : dengan

Saturday, May 9, 2015

Hidup Berani Lebih Bermanfaat

Sebelum menikah, saya pernah bekerja sebagai pendamping lapangan. Namun, setelah  menikah dan punya anak, maka pekerjaan harus rela dilepaskan, sebenarnya suami tidak melarang saya untuk bekerja. Tetapi, karena pekerjaannya sebagai abdi negara dengan penempatan dinas di Manado. Maka, kami pun diboyong tinggal di Manado. Saya ingat pesan almarhumah ibu saya, sebagai perempuan apalagi seorang ibu walau tidak berprofesi sebagai perempuan pekerja di luar rumah, usahakan bisa berkontribusi dalam kegiatan masyarakat. Tujuannya, ketika hidup jauh dari keluarga sedarah, maka tetangga adalah keluarga terdekat kita.


Kini, satu tahun sudah kami tinggal di Manado, dengan lingkungan perumahan yang terdapat 4 tempat peribadatan agama berbeda. 3 gereja dan 1 masjid di pinggir sungai. Penduduk Manado sangat majemuk, berbagai suku, agama, dan ras yang berbeda dapat hidup rukun damai di sini. Pada perayaan Natal semua ikut merayakan baik umat kristen, muslim, maupun agama lain, begitu pun perayaan Lebaran dan Cap Go Meh. Semua warga ikut merayakan, tidak pandang agama, karena kerukunan antar warga telah terjalin dengan baik.

Saturday, April 18, 2015

Pengantaran Terakhir

Ya sih judulnya agak mirip judul sebuah lukisan karya Da Vinci. Terakhir ibu saya mengantar saya ke Juanda, sedianya saya akan terbang ke Manado. Tepat 40hari kemudian beliau wafat.
Konon, 40hari sebelum seseorang itu meninggal, selama itu dia akan selalu diikuti oleh malaikat Izrail, malaikat pencabut nyawa. Menurut agama Islam, pada H-40 meninggalnya seseorang, daun yang bertuliskan nama orang tersebut di lauhul mahfudz telah dijatuhkan yang pertanda ajal orang tersebut telah dekat.

Pada kisah meninggalnya Ibu saya, saya jadi percaya dengan cerita tersebut.
Pagi tanggal 11 september 2013, sedianya pukul 09.00 saya akan berangkat ke Manado. Seluruh keluarga akan mengantar ke Juanda, termasuk Ibu saya yang kala itu sedang sakit keras. Meski beberapa hari terakhir beliau hanya bisa berbaring karena sakitnya, pagi itu beliau ngotot minta turut serta mengantar. Setelah mandi pagi dan bersiap, Ibu memanggil saya, beliau minta bernyanyi dan direkam di hp saya, untuk obat rindu katanya. Sebetulnya beliau minta rekam video,tapi memori hp saya sedang penuh,jadi hanya bisa rekam suara.

Mikro "Bus Kota" Manado

Moda transportasi masyarakat di Manado ini bisa dibilang tidak main-main. Angkutan umum jenis mikrolet ini merupakan sarana transportasi favorit selain ojek. Jika Anda berkunjung ke Kota Manado jangan khawatir dengan kenyamanan berkeliling kota. Karena mikrolet ini dibuat dengan senyaman mungkin dengan desain interior beragam.

Penataan kursi penumpang berbeda dengan kebanyakan mikrolet di kota lain di Indonesia. Kursi menghadap ke depan semua, bukan samping menyamping seperti mikrolet di Kota Malang atau Kota Mojokerto misalnya. Kebersihan dalam mobil pun sangat diperhatikan oleh si sopir, full musik, dan tak jarang juga dilengkapi tv LED. Semua fasilitas itu untuk kenyamanan penumpang, karena calon penumpang pasti akan pilih-pilih saat akan menaiki mikrolet ini.

Gempita Pilpres di Mata Seorang Ibu

Saya hanya seorang ibu. Perempuan yang terdampar jauh dari teman dan keluarga, mengikuti suami dinas kerja di ujung utara Indonesia. Keseharian hanya merawat anak yang masih balita dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Di masa kampanye Pemilihan Presiden tahun 2014 ini saya merasakan kegembiraan demokrasi yang hanya bisa saya nikmati dari media televisi maupun media sosial. Ingatan saya kembali pada saat saya masih kelas dua eSeMPe di tahun 1998. Kala itu saya rajin mengkliping gambar dan berita tentang arus mahasiswa dalam gempita reformasi. Saya mengkliping gambar dari koran langganan bapak saya, koran Surya, mungkin kliping itu masih ada di rumah bapak saya (penasaran pengen ngecek).

Kala itu mungkin saya belum mengerti apa yang dilakukan kakak-kakak mahasiswa di gedung MPR RI. Tapi, ingatan saya lekat dengan sebuah tontonan tentang perjuangan, bersatunya mahasiswa melawan Pak Harto. Keren. Kakak-kakak yang tertembak-kasihan, dan orang tua mereka yang bersedih. Tak sampai saya mengkliping kejadian yang dialami etnis Tionghoa di Jakarta,karena mungkin luput maupun dilarang diliput media. Dan saya juga masih ingat bagaimana rumah dan toko yang terletak di pinggir jalan raya di Mojokerto dan. daerah lain jadi banyak grafiti bertulis “Pro Reformasi”, “Keluarga Muslim”, dan ada juga yang membentangkan sajadah di halaman rumah maupun toko. Politik identitas memainkan perannya.

Thursday, March 5, 2015

Belajar dari Gus Dur


Mata Najwa, 4 Maret 2015

Catatan Najwa:

Gus Dur seorang pelintas batas, berbagai sekat ia terabas
Ia tidak bisa dimasukkan ke dalam kategori, sebab kiprahnya melintasi berbagai teritori
Seorang Kyai, sekaligus politisi
Ia penulis sekaligus aktivis
Jadi Presiden tak membuatnya terkekang, kekuasaan tak membuat komitmennya berkurang
Yang minoritas diangkatnya secara terhormat, dilumerkannya berbagai prasangka yang melekat
Akibatnya Gus Dur sering dihinggapi praduga, padahal dia yang cairkan banyak prasangka
Tapi dia bisa santai menghadapi tekanan, sebab jabatan baginya bukanlah tujuan
Sebelum lawan mencemooh dan mengejeknya, Gus Dur lebih dulu menertawakan dirinya
Humor menjadi jalan pembebasan, dari bujuk rayu kuasa yang menjerumuskan
Toh hidup hanya menunda kekalahan, santai sajalah dengan kekuasaan
Dengan begitulah Gus Dur jadi amat berbobot, begitu saja kok repot.

Dari akun twitter @MataNajwa

Thursday, January 22, 2015

Safe Haven

Aku baru nonton di channel Fox Movies Desember 2014, sedanhkan film ini sudah tayang di bioskop pada bulan februari 2013 bertepatan dengan Hari Valentine, nggak terlalu lama telat nontonnya kok ☺. Film besutan sutradara Lasse Hollstorm yang diangkat dari novel karya Nicholas Sparks lumayan menguras air mata di ending ceritanya.

Berawal dengan adegan kaburnya seorang wanita bernama Irina, setelah menusuk suaminya, Irina lari dari kejaran polisi dan menumpang bus menuju Atlanta. Saat bus berhenti di kota kecil bernama Southport, Irina turun dan mampir di mini market milik Alex Wheatly. Irina merasa Southport adalah tempat persembunyian yang pas dari kejaran polisi, kota kecil sepi dengan lingkungan warga yang ramah. Maka Irina memutuskan tinggal di kota tersebut, dan membeli rumah tua dekat hutan tepi pantai. Irina cantik yang diperankan Julianne Hough kemudian menyamar dengan nama Katie Feldman.