Wednesday, November 16, 2011

Sehat Adalah Hak Asasi Manusia

Pasal pertama dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa semua manusia dilahirkan merdeka, memiliki martabat dan hak-hak yang sama. Pasal pembuka tersebut sekaligus menjadi inti dari Hak Asasi Manusia yakni tidak boleh ada pembedaan perlakuan pada siapapun, tidak boleh ada diskriminasi pada segenap manusia, siapapun dia.
Bahwa sehat adalah hak bagi setiap individu agar tetap bisa melanjutkan hidup meraih cita dan asa. Stigma buruk HIV AIDS sebagai penyakit kutukan merupakan stigma kejam yang tidak berperikemanusiaan. Karena sesungguhnya seperti penyakit yang lain, yaitu akibat adanya penyakit maka menimbulkan gangguan sistem metabolisme tubuh. Sama halnya dengan virus HIV, yaitu virus yang menyerang kekebalan tubuh, di mana orang yang terkena virus ini akan mengidap penyakit AIDS. Virus HIV menyerang sel CD4 dalam sistem kekebalan tubuh serta menggunakan sel ini untuk bereplikasi. Akibatnya, jumlah sel ini dalam tubuh pun semakin menurun. ARV sebagai obat mampu bekerja dengan cara menghambat proses pembuatan virus dalam sel CD4, hingga jumlah CD4 pun dapat ditingkatkan. Meskipun demikian, ODHA tetap mampu mempertahankan hidupnya dengan tetap menjaga daya tahan tubuh yang prima agar jumlah CD4 dalam tubuh tidak dikalahkan oleh virus HIV.
Di tahun 2010, hampir satu tahun saya merasakan hidup bersama di lingkungan ODHA. Mereka adalah wanita pekerja seks yang sebagian besar mengawali ‘karir’ sebagai pekerja seks dikarenakan menjadi korban KDRT. Alih-alih ingin mendapatkan kemerdekaan ironis dari sang suami, yang ada justru dipekerjakan dan diperas uangnya oleh suami. Pekerjaan yang rentan dengan penularan HIV, maka terkena penyakit tersebut dianggap sebagai resiko pekerjaan belaka.
Berada di tengah ODHA memberikan banyak pelajaran berharga bagi saya, terutama dalam hal bagaimana mereka saling memberikan semangat hidup bagi sesama. Pada bulan Juni 2010, saya berkesempatan melakukan kunjungan ke lokalisasi Sintai di Kota Batam. Saya ditugaskan membantu seorang teman yang menjadi fasilitator pelatihan pengorganisasian bagi wanita pekerja seks di lokalisasi tersebut. Pelatihan tersebut diikuti beberapa wanita pekerja seks terpilih dari masing-masing wisma atau bar, mereka berkumpul dalam aula yang tersedia di kompleks lokalisasi. Mereka sebanyak 20 orang dipilih oleh mami/papi pemilik wisma mewakili teman yang lainny. Mereka semua sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Karena bagi mereka, belum pernah ada pelatihan yang melibatkan mereka sepenuhnya. Yang ada sebelumnya hanyalah berkumpul untuk sekedar dianggap ada sebagai penghuni lokalisasi.
Para Wanita Pekerja Seks (WPS) di Sintai Kota Batam
saat mengikuti Pelatihan Pengorganisasian

 Dalam pelatihan yang berlangsung selama 3 hari tersebut, mereka diberikan materi dan praktek bagaimana pembentukan organisasi. Di mana yang menjadi pengurus dan anggota organisasi adalah sesama wanita pekerja seks itu sendiri. Tujuannya agar mereka bisa membentuk sebuah komunitas berdasarkan ruh organisasi yang digali dari diri mereka sendiri. Dengan begitu, diharapkan mereka memiliki keyakinan dan kekuatan bahwa mereka berhak dihargai sebagai manusia individu seperti layaknya orang lain. Bukan sekedar sebagai pekerja terlebih sebagai obyek yang dipekerjakan oleh mami/papi sebagai majikan yang tidak peduli dengan kondisi kesehatan mereka. Pembentukan organisasi ini sekaligus memberikan penyadaran bahwa mereka pun berhak menentukan nasibnya sendiri. Di samping itu, banyak pengetahuan yang mereka dapatkan seputar pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS. Di antarnya, pengetahuan tentang upaya Peer Educator (pendidik sebaya), peran dan manfaat Buddies, akses kondom, penyadaran untuk melakukan Volunteery Conculting Testing (VCT), upaya Prevention Mother To Child transmition (PMTCT), akses antiretroviral (ARV), serta pengetahuan lainnya seputar pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS.
Tujuan utama dari pelatihan organisasi ini tentu saja bukan sekedar untuk menyatukan kekuatan wanita pekerja seks saja. Melainkan, dengan adanya organisasi yang dibentuk dari oleh dan untuk mereka, maka pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS di kalangan mereka dapat teratasi secara mandiri. Ini merupakan salah satu upaya penanggulangan dan pencegahan HIV AIDS dengan cara Peer Education (pendidikan sebaya). Sebagai orang yang berada di luar lingkaran hidup mereka, saya hanya bisa memberikan pengetahuan tentang pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS bagi mereka. Selain itu, juga membantu mereka dalam mendapatkan akses pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS. Selebihnya, hanya mereka sendiri yang bisa memberikan pengaruh kuat bagi sesama mereka sendiri. Namun, keberadaan saya maupun kita sebenarnya mampu memberikan pengaruh yang sama kuatnya bila dilakukan dengan sepenuh hati.
Pengalaman saya mengenal secara dekat salah seorang ODHA di lingkungan lokalisasi yang kini sudah mentas dari pekerjaannya karena diperistri seorang pelanggan yang bukan ODHA. Baginya, sang suami adalah malaikat yang dikirimkan Tuhan karena doa dan keinginannya selama ini. Karena bagaimanapun dia sama sekali tidak menginginkan menjadi wanita pekerja seks, maka setiap beribadah dia memohon ampun dan berdoa agar diberikan jalan keluar dari pekerjaannya. Bersyukur karena sang suami pun menyayangi sepenuh hati dan wanita tersebut kini membuka warung nasi. Inilah salah satu contoh bukti bahwa kesempatan itu ada bagi setiap orang, keinginan untuk sehat pun layak diperjuangkan bagi semua pihak. Pendekatan sepenuh hati bisa dilakukan dengan cara penerimaan tulus sebagai teman yang sama di antara kita. Toh penularan virus HIV tidak semudah penyakit menular lainnya. Pengetahuan yang cukup tentang bagaimana cara penularan virus HIV menjadi bekal tambahan yang wajar seperti halnya bagaimana kita bergaul dengan banyak orang.
Perhatian kita terhadap ODHA akan menyadarkan mereka bahwa hidup mereka juga sangat besar artinya, seperti halnya orang lain. Bahwa hidup harus terus dilanjutkan, karena mereka mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi inividu yang berharga. Bukankah di mata Tuhan kita semua sama, hanya amal ibadahnya yang menentukan. Dengan jalan apapun mereka tertular virus HIV itu merupakan takdir yang terlanjur diterima, namun hidup harus tetap dilanjutkan seperti rencana semula. Yaitu, bangkit, belajar, memperbaiki kesalahan, dan terus mencari pengalaman sehingga mampu meraih prestasi maupun keberhasilan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Maka, mari sebisa mungkin menyadarkan ODHA bahwa sehat adalah hak asasi manusia, dan setiap orang tanpa diskriminasi berhak dan layak mendapatkannya.

2 comments:

  1. Kami dari Admin GoVlog, perlu meminta data diri Anda yang mengikuti GoVlog AIDS. Data diri ini kami pergunakan untuk pemberitahuan jika Anda terpilih menjadi 10 besar.

    Nama Lengkap:
    Jenis Kelamin:
    No tlp/HP (yang bisa dihubungi):
    Email:
    Yahoo Messenger:
    Alamat lengkap:
    Pekerjaan:
    Link posting Blog GoVlog AIDS:

    Mohon data diri Anda dikirim ke email tommy.adi@vivanews.com

    Terimakasih

    ReplyDelete
  2. makasih kak tommy,.. selamat bertugas :-)

    ReplyDelete